Bojonegoro – Kisah memilukan datang dari RSUD Sosodoro Djatikusumo, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, dimana seorang warga miskin dimintai uang sebesar Rp 1,5 Juta untuk memulangkan jenazah anggota keluarganya.
Hal itu terjadi pada Sabtu, 07 Desember 2024, kemarin.
Lantaran kepesertaan BPJS pasien tidak aktif, sehingga pihak RSUD meminta biaya pemulangan jenazah harus ditanggung secara mandiri.
Kejadian tersebut mencuat setelah keluarga pasien yang meninggal dunia mengungkapkan bahwa mereka tidak memiliki uang sebanyak itu, tetapi tetap diminta untuk membayar jika ingin jenazah dipulangkan. Pihak keluarga pun merasa terbebani, mengingat kondisi ekonomi yang serba sulit.
Menurut Haryono, tetangga pasien meninggal yang turut mendampingi keluarga saat penjemputan mengatakan, jika tidak mampu membayar jenazah akan ditahan oleh pihak RSUD.
“Aneh jadinya ketika warga tidak mampu bayar, jenazah ditahan” Ungkapnya, 19 Desember 2024.
Sehingga atas hal itu, dia mengaku langsung berinisiatif untuk pinjam ambulance RSM Kalitidu untuk menjemput jenazah Alm Rizal Dili Antoni (47) warga Desa Kalitidu tersebut.
“Maksud saya bawa ambulance sendiri untuk mengurangi beban biaya.” Imbuhnya,
Lebih lanjut Haryono mengukapkan, daerah kaya minyak tapi untuk mendapatkan layanan kesehatan masih ada warganya yang berteriak.
“Ini tidak boleh diabaikan, jangan sampai ada Dili yang lain yang ketika meninggal pun keluarganya kesulitan.” Serunya,
Bahkan ketika Haryono konfirmasi, pihak RSUD menyatakan bahwa prosedur tersebut diterapkan untuk pasien yang tidak memiliki jaminan kesehatan aktif.
“Namun, kebijakan ini menuai kritik dari berbagai pihak, terutama karena menyangkut hak dasar masyarakat miskin untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak, termasuk pengurusan jenazah.” Bebernya,
Kasus tersebut memunculkan sorotan terhadap pentingnya validasi dan aktivasi kepesertaan BPJS, serta perlunya kebijakan yang lebih manusiawi dari fasilitas kesehatan.
Pemerintah Daerah Bojonegoro dan wakil rakyat diharapkan segera turun tangan untuk membantu keluarga korban dan mengevaluasi sistem pelayanan rumah sakit agar kejadian serupa tidak terulang.
Isu ini menjadi pengingat akan pentingnya solidaritas dan keadilan dalam pelayanan kesehatan, terutama bagi masyarakat yang kurang mampu.